Actsci-Ternate — Pada Kamis, 21 Maret 2019 program studi Ilmu Aktuaria UGM mendapat kesempatan untuk mempresentasikan ilmu aktuaria dan program yang mendukung disiplin ilmu itu di UGM pada seminar yang bertajuk “Aktuaria Peluang Karir Terbesar di Bidang Matematika” di Ternate, Maluku Utara. Dr. Gunardi mewakili program studi ilmu aktuaria yang juga Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset dan Sumber Daya Manusia (WDKASDM) FMIPA UGM memaparkan dalam presentasinya bahwa kebutuhan aktuaris di Indonesia masih cukup besar. Dari 350 juta penduduk Indonesia, kita baru mempunyai 281 fellow actuaries dengan gelar FSAI dan 290 ajun aktuaris. Dari sudut pandang kebutuhan, berdasarkan GDP Indonesia, idealnya Indonesia mempunyai sekitar seribuan aktuaris. Belum lagi kalo kita memperhatikan proyeksi pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang, kebutuhan akan aktuaris akan semakin besar. Oleh karenanya diperlukan pendidikan ilmu aktuaria di perguruan tinggi. UGM adalah salah satu universitas yang menyediakan pendidikan ini. Pada tahun 2018 senat akademik UGM menyetujui pembukaan program S1 Ilmu aktuaria dan program ini akan menerima mahasiswa pertamanya pada tahun akademik 2018/2019. Informasi lebih lanjut tentang program studi ilmu aktuaria dapat diakses melalui actsci.fmipa.ugm.ac.id, tutup Dr. Gunardi dalam presentasinya.
Seminar dan workshop ini merupakan bagian dari kegiatan READI project dimana UGM menjadi salah satu university-partnernya. Seminar dihadiri oleh 50 guru matematika 50 guru bimbingan dan konseling dan 150 siswa dari 47 sekolah di Kota Ternate, Halmahera Timur, Halmahera Barat, Halmahera Utara, Kota Tidore Kepulauan, dan Kota Tikep. Selain menghadirkan UGM, sesi universitas juga menghadirkan wakil dari Institut Pertanian Bogor, Universitas Indonesia, dan Universitas Pelita Harapan Tangerang. Dari profesional hadir pula Shafira Bawazier, FSAI, Actuarial Senior Manager Manulife Indonesia, dan Anjar Kuncoro, Direktur Eksekutif Persatuan Aktuaris Indonesia, yang lebih banyak menjelaskan tentang profesi dan lingkup kerja aktuaris.
Antusiasme peserta terlihat jelas dalam kegiatan ini. Hal ini terlihat dari banyaknya peserta yang mengangkat tangan ketika dibuka sesi tanya jawab. Salah satunya adalah Muh. Saifullah siswa dari SMAN 3 Kota Ternate yang menanyakan tentang aksesibilitas. Kebetulan semua universitas yang presentasi adalah universitas-universitas di pulau Jawa. Saifullah menanyakan bagaimana untuk mereka yang karena berbagai alasan tidak mungkin untuk melanjutkan studi ke Jawa? Dr. Gunardi menjelaskan bahwa untuk sementara ini memang universitas-universitas di Jawa yang sudah mengembangkan ilmu aktuaria, namun tidak menutup kemungkinan universitas di luar pulau Jawa nantinya juga akan membuka prodi ilmu aktuaria. Beliau menambahkan, selain hal tersebut beberapa universitas juga sedang mengembangkan content online yang dapat diakses siswa dari mana saja. Seperti yang dilakukan READI project dengan pengembangan online materialnya dan UGM dengan pengembangan kuliah daringnya. Beberapa dosen bidang aktuaria sedang mengembangkan materi perkuliah aktuaria ke dalam platform kuliah daring seperti MOOC (Massive Open Online Course) (elok.ugm.ac.id) yang dapat diakses oleh siapa saja dan dari mana saja. Sehingga penyebaran ilmu aktuaria menjadi lebih mudah dan bebas batas wilayah, tutupnya.